Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti telah menemukan adanya kaitan antara masalah tidur dan risiko demensia. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang hubungan antara gangguan tidur dan penyakit degeneratif yang serius ini.
Studi tersebut melibatkan lebih dari 8.000 orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun. Para peserta studi diminta untuk melaporkan pola tidur mereka selama beberapa tahun terakhir, sementara para peneliti juga melakukan pengukuran kualitas tidur dengan menggunakan teknologi yang canggih.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa orang yang mengalami masalah tidur, seperti sulit tidur atau sering terbangun di malam hari, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami demensia dibandingkan dengan orang yang memiliki pola tidur yang baik. Bahkan, para peneliti juga menemukan bahwa gangguan tidur dapat menjadi faktor risiko yang lebih besar daripada faktor genetik yang memengaruhi perkembangan demensia.
Kaitan antara masalah tidur dan risiko demensia ini disebabkan oleh fakta bahwa tidur yang berkualitas merupakan waktu yang penting bagi otak untuk melakukan proses pemulihan dan pembersihan. Gangguan tidur dapat mengganggu proses-proses ini dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Temuan ini memberikan pemahaman baru tentang pentingnya menjaga kualitas tidur bagi kesehatan otak dan mencegah risiko demensia. Para peneliti menyarankan agar orang-orang yang mengalami masalah tidur segera mencari bantuan medis dan mengubah gaya hidup mereka agar bisa tidur lebih nyenyak. Dengan begitu, risiko terkena demensia dapat diminimalkan dan kualitas hidup dapat tetap terjaga dengan baik.