Filosofi “Bubur Kampiun” di balik strategisnya Bazaar Takjil Benhil

Filosofi “Bubur Kampiun” di balik strategisnya Bazaar Takjil Benhil

Bazaar Takjil Benhil telah menjadi salah satu acara tahunan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Jakarta, terutama menjelang bulan suci Ramadhan. Bazaar ini menawarkan berbagai macam makanan dan minuman takjil yang bisa dinikmati oleh pengunjung untuk berbuka puasa.

Salah satu kuliner yang selalu menjadi favorit di Bazaar Takjil Benhil adalah bubur kampiun. Bubur kampiun sendiri merupakan bubur yang terbuat dari beras ketan hitam dan santan, kemudian dicampur dengan berbagai macam topping seperti kacang hijau, ketan putih, biji salak, dan lain sebagainya. Rasanya yang manis dan gurih membuat bubur kampiun selalu laris manis di setiap acara bazaar takjil.

Di balik kelezatan bubur kampiun, terdapat filosofi yang sangat mendalam. Bubur kampiun mengajarkan kita untuk bersyukur atas rezeki yang kita terima. Meskipun terbuat dari bahan-bahan sederhana, bubur kampiun mampu memberikan kenikmatan yang tiada tara bagi siapa pun yang memakannya. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan hal-hal kecil dalam hidup dan selalu mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan.

Selain itu, bubur kampiun juga mengajarkan kita tentang kebersamaan dan gotong royong. Proses pembuatan bubur kampiun tidak bisa dilakukan sendirian, melainkan membutuhkan kerjasama dari banyak orang. Mulai dari menanam beras ketan, memasak santan, hingga menyiapkan toppingnya, semuanya dilakukan secara bersama-sama. Hal ini mengajarkan kita pentingnya saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam mencapai tujuan yang sama.

Dengan begitu, bubur kampiun tidak hanya sekedar makanan lezat yang bisa dinikmati oleh pengunjung bazaar takjil, namun juga memiliki nilai filosofis yang sangat berharga. Makan bubur kampiun bukan hanya soal mengisi perut, melainkan juga mengisi hati dengan rasa syukur dan kebersamaan. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari bubur kampiun ini.